ANALISIS
TERHADAP
ANGKA
KECUKUPAN GIZI DAN POLA PANGAN HARAPAN
KABUPATEN
KAPUAS HULU TAHUN 2012
DISUSUN OLEH
TIM SISTEM
KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI KAPUAS HULU
TAHUN 2012
Executive
Summary
Gizi berasal dari bahasa arab “Al Gizzai” yang
artinya makanan dan manfaatnya untuk kesehatan. Al Gizzai juga dapat diartikan
sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan
Mindset masyarakat selama ini cenderung mengidentikkan angke
kecukupan gizi sama persis dengan nilai
beli atau harga pangan yang dikonsumsi oleh setiap indvidu.
Sementara kalau kita
perhatikan fungsi makanan, metabolisme atau kemampuan tubuh dalam mencerna
makanan, kebutuhan tubuh terhadap air
dan serat atau perspfektif yang lainnya, maka pengertian atau cakupan gizi
semakin komplek dan komprehensif terhadap kelangsungan kehidupan individu.
Melihat perspektif gizi dari fungsi makanan sekaligus
konsumsi terhadap gizi yang terkandung
di dalamnya, sesungguhnya dinyatakan bahwa
pada dasarnya makanan memiliki 3 (tiga) fungsi utama atau yang lebih dikenal
dengan tri guna makanan: Pertama, sumber zat tenaga atau
sumber energi (karbohidrat) yaitu
padi-padian dan umbi-umbian serta tepung-tepungan. Kedua, Sumber pengatur (vitamin &
mineral) 33,33 %. Sumber Pengatur bersumber dari Sayur dan Buah= Sayur &
buah, Prosentase angka kecukupan gizi
adalah 6 %. Sehingga bobot kedua jenis bahan pangan ini adalah: 33,33 % / 6 % = 5,0. Ketiga,
Sumber Pembangun Sumber Pembangun terdiri dari Pangan hewani dan kacang-kacangangan= (17 %). Prosentase angka kecukupan gizi untuk pangan hewani dan kacang-kacangan
adalah : 12%+5%. Sehingga bobot kedua jenis pangan tersebut adalah: 33,33 % / 17 % = 2
Perspektif berikutnya melihat gizi dari sudut pandang
konsumsi, menyatakan bahwa
konsumsi pangan idealnya memperhatikan kemampuan tubuh seseorang dalam mencerna
makanan, umur, jenis kelamin, jenis aktivitas, dan kondisi lain seperti sakit,
hamil, menyusui. Sehingga konsumsi yang
direkomendasikan bahwa gizi yang dibutuhkan untuk hidup dan
meningkatkan kualitas hidup individu dapat dikelompokkan menjadi 5 kelompok zat
gizi, yaitu: karbohidrat , protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Perspektif yang lain dapat juga
dilihat dari sudut kebutuhan manusia terhadap air dan serat. bahwasanya manusia memerlukan air dan serat untuk
memperlancar berbagai proses faali dalam tubuh. Apabila kelompok zat gizi
tersebut diuraikan lebih rinci, maka terdapat lebih dari 45 jenis zat gizi.
Secara alami, komposisi zat gizi setiap jenis makanan memiliki keunggulan dan
kelemahan tertentu. Beberapa makanan mengandung tinggi karbohidrat tetapi
kurang vitamin dan mineral. Sedangkan beberapa makanan lain kaya vitamin C
tetapi miskin vitamin A.
Dengan
mengasumsikan makanan sebagai sumber kalori, secara umum kebutuhan manusia
terhadap kalori adalah 2000 kkal/kap/hari.
Nilai masing-masing gizi atw kalori yang terkandung di setiap makanan
menjadi lampiran dari laporan ini.
Dengan memperhatikan
fungsi makanan sekaligus kebutuhan manusia terhadap gizi yang dibutuhkan, seyogyanya manusia senantiasa memperhatikan
kandungan masing-masing gizi yang terkandung pada jenis makanan. Secara sederhana dengan tidak
memperhatikan bobot masing-masing jenis makanan, konsumsi yang ideal selayaknya
konsumsi yang mengandung unsur 2BSA (beragam, bergizi, Seimbang dan Aman).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat
ALLAH SWT atas segala kesehatan, petunjuk dan hidayah yang sudah diberikan.
Meski tidaklah sempurna, setidaknya kami telah berusaha mencoba memberikan satu
pengabdian untuk masyarakat berupa Analisis
terhadap Angka Kecukupan Gizi dan Pola
Pangan Harapan di Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2011, dan selesai tepat
waktunya.
Analisis tahunan ini kami susun sebagai
upaya untuk memberikan gambaran awal terhadap kondisii perkembangan konsumsi
gizi dan pangan di kalangan masyarakat Kapuas Hulu. Data yang kami gunakan
sebagai dasar perhitungan adalah adalah data SUSENAS(survey sosial ekonomi
nasional) 2011. Metode pendekatan analisis dilakukan berdasarkan pedoman, petunjuk dan formulasi yang diarahkan oleh Badan
Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Gambaran dan analisis data serta
rekomendasi yang kami sampaikan mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai
informasi, bahan Analisis dan dasar terhadap pengambilan keputusan pada
masa-masa yang akan datang.
Terima kasih juga kami sampaikan kepada
Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan, Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil, Kantor Seksi Logistik dan Dinas Perindustrian
Perdagangan dan Koperasi, serta Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas Hulu serta
atas informasi dan data yang diberikan berkenaaan dengan indikator dalam
laporan ini.
Kami sadari sepenuhnya, bahwa laporan
ini, bukanlah semata-semata yang menjadi barometer terhadap kondisi ketahanan
pangan dan gizi kabupaten kapuas hulu. Ada banyak mekanisme dan metode analisis
yang dapat dilakukan dalam upaya melihat dan memantau sejauhmana kondisi
ketahanan pangan dan gizi yang ada di masyarakat.
Guna perbaikan pada masa-masa yang akan
datang, kami mengharapkan saran, kritik dan kerjasama dari berbagai pihak.
Mudah-mudahan Analisis ini dapat berguna bagi kehidupan masyarakat Kapuas Hulu.
Putussibau, Agustus 2012
Ketua Tim Sistem Kewaspadaan Pangan dan
Gizi/ Kasubbag Ketahanan Pangan,
JOKO
SUTOYO, S.TP
NIP
19610414 198803 1 012
A.
DASAR HUKUM
Pelaksanaan dan Analisis terhadap Angka
Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2012
didasari oleh:
1.
Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1997 tentang Pangan
2.
Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan
Pangan
3.
Peraturan
Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Percepatan Penganekaramanan Konsumsi
Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal;
4.
Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 43 Tahun 2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaraman
Konsumsi Pangan (P2KP)
5.
Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.140/12/2010 tentang Standar pelayanan
Minimal Bidang Ketahanan Pangan Propinsi / Kabupaten Kota
B.
PENDAHULUAN
Secara umum
pilar Ketahanan pangan dalam suatu wilayah, diidentifikasi menjadi 3(tiga)
pilar utama. Pilar tersebut meliputi: Ketersediaan
pangan, Distribusi pangan dan Konsumsi Pangan. Dalam implementasinya, konsumsi pangan sering
dikaitkan dengan persoalan atau istilah seperti angka kecukupan gizi, angka
kecukupan energi, pola pangan harapan, kalori dan beberapa isitilah lainnya. Ini menunjukkan bahwa
eksistensi konsumsi pangan merupakan suatu sistem yang tidak berdiri sendiri.
Konsumsi pangan merupakan suatu sistem yang terintegrasi dengan pola aktivitas
secara menyeluruh.
Istilah yang
sering kali melekat dan kerap dikaiktkan dengan konsumsi atau pola pangan
harapan adalah gizi. Untuk memahami lebih jauh, kami mencoba mendefinisikan
berbagai istilah di bawah ini, dengan harapan dan tujuan untuk membentuk satu
pemahaman dan pengertian yang sama. Istilah pertama adalah gizi. secara harfiah, Gizi
berasal dari bahasa arab “Al Gizzai” yang artinya makanan dan manfaatnya
untuk kesehatan. Al Gizzai juga dapat diartikan sari makanan yang bermanfaat
untuk kesehatan.
Istilah
berikutnya adalah Angka Kecukupan Gizi (AKG). Dalam pelaksanaannya angka
kecukupan gizi meliputi tatanan konsumsi dan ketersediaan. Pada tingkat
konsumsi angka kecukupan energi (AKE) kalori
adalah 2000 kkal/kap/hari. Angka Kecukupan Energi (AKE) dapat
diterjemahkan sebagai banyaknya energi yang dikonsumsi oleh penduduk dalam
suatu wilayah dengan jumlah. Energi ideal sebesar 2000 kkal/kap/hari. Standar Pelayanan Minimal untuk kecukupan energi adalah sebesar 90% AKE.
Istilah yang
lain adalah Angka Kecukupan Protein (AKP). Secara sederhana Angka
Kecukupan Protein (AKP) yaitu banyaknya
protein yang dikonsumsi oleh penduduk dalam
suatu wilayah dengan jumlah protein sebesar 52 gram/kap/hari. Berdasarkan
Standar
Pelayanan Minimal untuk kecukupan
protein adalah sebesar 90%
AKP.
Dan yang
menjadi rujukan dalam memberikan rekomendasi atau hasil Analisis terhadap pola
konsumsi panga adalah Skor PPH Konsumsi. Istilah ini didefinisikan sebagai susunan beragam
pangan yang didasarkan pada sumbangan energi dari kelompok pangan utama baik
secara absolut maupun dari suatu pola ketersediaan atau konsumsi pangan. Semakin tinggi skor PPH konsumsi menunjukkan
semakin beragam konsumsi
pangannya. Skor PPH ideal adalah 100. Standar Pelayanan Minimal untuk
skor PPH konsumsi adalahsebesar 90.
Konsumsi pangan yang ideal yang
direkomendasi dapat dilihat dari berbagai perspektik. Perspektif pertama
konsumsi pangan idealnya memperhatikan kemampuan tubuh seseorang dalam mencerna
makanan, umur, jenis kelamin, jenis aktivitas, dan kondisi lain seperti sakit,
hamil, menyusui. Sehingga konsumsi yang
direkomendasikan bahwa gizi yang dibutuhkan untuk hidup dan
meningkatkan kualitas hidup individu dapat dikelompokkan menjadi 5 kelompok zat
gizi, yaitu:
1.
karbohidrat ;
2.
protein;
3.
lemak;
4.
vitamin; dan
5.
mineral.
Ke lima jenis
zat gizi tersebut diperlukan masing-masing indiviu secara proporsioal, dalam
artian dilihat dari kualitas dan kuantitasnya cukup, tidak berlebihan dan tidak
juga kekurangan.
Perspektif
kedua dapat juga
dilihat dari sudut kebutuhan manusia
terhadap air dan serat. bahwasanya manusia memerlukan air dan serat untuk
memperlancar berbagai proses faali dalam tubuh. Apabila kelompok zat gizi
tersebut diuraikan lebih rinci, maka terdapat lebih dari 45 jenis zat gizi. Secara
alami, komposisi zat gizi setiap jenis makanan memiliki keunggulan dan
kelemahan tertentu. Beberapa makanan mengandung tinggi karbohidrat tetapi
kurang vitamin dan mineral. Sedangkan beberapa makanan lain kaya vitamin C
tetapi miskin vitamin A.
Apabila
konsumsi makanan sehari-hari kurang beranekaragam, maka akan timbul
ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan
untuk hidup sehat dan produktif. Dengan mengonsumsi makanan sehari-hari
yang beranekaragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan
dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain, sehingga
diperoleh masukan zat gizi yang seimbang. Jadi, untuk mencapai masukan zat gizi
yang seimbang tidak mungkin dipenuhi hanya oleh satu jenis bahan makanan,
melainkan harus terdiri dari aneka ragam bahan makanan.
Keterangan di
atas juga berarti ada saling ketergantungan antar zat gizi. Misalnya
penyerapan yang optimun dari masukan vitamin A memerlukan kehadiran lemak
sebagai zat pelarut dan mengangkut vitamin A ke seluruh bagian tubuh. Selain
itu, apabila cadangan mangan (Mn) di dalam tubuh kurang, maka vitamin A juga
tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal. Contoh lain, diperlukan
vitamin C yang cukup dalam makanan untuk meningkatkan penyerapan zat besi (Fe).
Pada masa
lampau, susu seringkali mendapat pujian, karena bernilai gizi tinggi. Makanan
lain dinilai rendah karena kurang bergizi. Sesuai konsep keterkaitan antarzat
gizi, sudah saatnya penilaian kualitas makanan yang didasarkan pada
pengagungan terhadap kandungan zat gizi mulai ditinggalkan. Kini saatnya
memasyarakatkan adanya ketergantungan antarzat gizi atau antarberbagai jenis
makanan. Setiap jenis makanan memiliki peranan masing-masing dalam
menyeimbangkan masukan zat gizi sehari-hari.
Perspektif
ketiga dapat dilihat
dari Peranan berbagai kelompok bahan
makanan berdasarkan fungsi utama zat gizi yang dalam ilmu gizi dipopulerkan
dengan istilah “Tri Guna Makanan”. Pertama, sumber zat tenaga atau sumber energi
(karbohidrat) yaitu padi-padian dan umbi-umbian serta tepung-tepungan. Kedua,
Sumber pengatur (vitamin & mineral) 33,33 %. Sumber Pengatur bersumber dari Sayur
dan Buah= Sayur & buah, Prosentase angka kecukupan gizi adalah 6 %. Sehingga bobot kedua jenis bahan
pangan ini adalah: 33,33 % / 6 % =
5,0. Ketiga, Sumber Pembangun Sumber
Pembangun terdiri dari Pangan hewani dan kacang-kacangangan= (17 %). Prosentase angka kecukupan gizi untuk pangan hewani dan kacang-kacangan
adalah :
12%+5%. Sehingga bobot kedua jenis pangan tersebut adalah: 33,33 % / 17 % = 2
Susunan PPH Ideal (Tingkat
Nasional)
|
||||||
Berdasarkan Sisi Konsumsi Pangan
|
||||||
No.
|
Kelompok
Pangan
|
Prosentase
|
Energi
(kkal/kap/hr)
|
% AKG
|
Bobot
|
Skor PPH
|
Kebutuhan
|
Maksimal
|
|||||
1
|
Padi-padian
|
50 persen
|
1.000
|
50
|
0,5
|
25
|
2
|
Umbi-umbian
|
6 persen
|
120
|
6
|
0,5
|
2,5
|
3
|
Pangan hewani
|
12 persen
|
240
|
12
|
2
|
24
|
4
|
Minyak & lemak
|
10 persen
|
200
|
10
|
0,5
|
5
|
5
|
Buah/ biji berminyak
|
3 persen
|
60
|
3
|
0,5
|
1
|
6
|
Kacang-kacangan
|
5 persen
|
100
|
5
|
2
|
10
|
7
|
Gula
|
5 persen
|
100
|
5
|
0,5
|
2,5
|
8
|
Sayur & buah
|
6 persen
|
120
|
6
|
5
|
30
|
9
|
Lain-lain
|
3 persen
|
60
|
3
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
|
2.000
|
100
|
|
100
|
Secara Umum Komposisi dan prosentase 9 (sembilan) jenis makanan yang
merujuk pada Pola Pangan Harapan Ideal
Tingkat Nasional terlihat seperti berikut:
C.
MAKSUD DAN TUJUAN
Analisis terhadap Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan
Harapan bertujuan secara umum bertujuan:
1.
Memberi gambaran umum situasi ketahanan pangan suatu
wilayah dan kondisi khusus pola konsumsi gizi masyarakat.
2.
Membantu memberikan
estimasi dan
proyeksi situasi konsumsi dan kebutuhan pangan wilayah di masa yang akan
datang.
3.
Membantu
mengidentifikasi berbagai faktor terkait dengan ketahanan pangan di suatu
wilayah.
4.
Membantu
perumusan kebijakan dan program maupun intervensi yang perlu dilakukan dalam
rangka meningkatkan ketahanan pangan suatu wilayah.
D. HASIL
ANALISIS
-
Sampel
Analisis
Evluasi terhadap angka kecukupan gizi dan pola pangan
harapan dilaksanakan dengan mengambil sampel, pertama besaran anggaran yang
dikeluarkan masyarakat terhadap pola
konsumsi pangan harian. Klasifikasi pengeluaran yang dilakukan melalui
survey ini meliputi 8 (delapan) kelompok pengeluaran. Kelompok tersebut terdiri
dari:
1.
< Rp 100.000,00
2.
Rp 100.000,00 – Rp 149.999,00
3.
Rp 150.000,00 – Rp 199.999,00
4.
Rp 200.000,00 – Rp 299.000,00
5.
Rp 300.000,00 – Rp 499.000,00
6.
Rp 500.000,00 – Rp 749.999,00
7.
Rp 750.000,00 – Rp 999.999,00
8.
>Rp 1000.000,00
Data konsumsi selengkapnya terlihat pada lampiran (I)
-
Teknik
analisis
Analisis dalam survey
terhadap pola konsumsi pangan dilaksanakan secara acak (random sampling). Dengan prosentase sampel,
lebih kurang 10% dari total populasi yang ada di Kapuas Hulu. Hasil analisis terhadap pola konsumsi pangan,
tersaji pada lampiran......
-
Hasil
analisis
Hasil
analisis yang dilakukan berdasarkan data
yang ada (susenas 2011), terlihat pada lampiran
E.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis terhadap
pola konsumsi pangan di Kapuas Hulu dengan didasarkan pada data yang
disampaikan susenas, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Angka
Kecukupan Energi (AKE) pada
masyarakat dengan pengeluaran dengan skor
92, 4 , ini menunjukkan bahwa
Angka kecukupan gizi (AKE) atau berkisar pada angka 2.151 kkal/kap/hari.
Ada kelebihan Dari skor nilai yang
ditetapkan bahwa angka kecukupan energi pada tingkatan konsumsi berada pada
skor 2.000/kkal/kap/hari, sementara pada tingkatan persediaan, angka kecukupan
energi (AKE) berada pada skor 2200/kkal/kap/hari;
Hasil
perhitungan skor pola pangan harapan dan
Angka kecukupan energi (AKE) selengkapnya terlihat pada tabel berikut:
No
|
Kelompok Pangan
|
Gram/ Kap/Hari
|
Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
|
||||||||
Kalori
|
%
|
% AKE*)
|
Bobot
|
Skor Aktual
|
Skor AKE
|
Skor Maks
|
Gap skor AKE dan Skor Maks
|
Skor PPH
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Padi-padian
|
317,4
|
1330
|
61,8
|
66,5
|
0,5
|
30,9
|
33,2
|
25,0
|
8,2
|
25,0
|
2
|
Umbi-umbian
|
50,9
|
62
|
2,9
|
3,1
|
0,5
|
1,4
|
1,5
|
2,5
|
-1,0
|
1,5
|
3
|
Pangan Hewani
|
153,6
|
246
|
11,4
|
12,3
|
2,0
|
22,8
|
24,6
|
24,0
|
0,6
|
24,0
|
4
|
Minyak dan Lemak
|
23,8
|
211
|
9,8
|
10,6
|
0,5
|
4,9
|
5,3
|
5,0
|
0,3
|
5,0
|
5
|
Buah/Biji Berminyak
|
2,5
|
14
|
0,6
|
0,7
|
0,5
|
0,3
|
0,3
|
1,0
|
-0,7
|
0,3
|
6
|
Kacang-kacangan
|
6,3
|
19
|
0,9
|
0,9
|
2,0
|
1,8
|
1,9
|
10,0
|
-8,1
|
1,9
|
7
|
Gula
|
38,8
|
140
|
6,5
|
7,0
|
0,5
|
3,3
|
3,5
|
2,5
|
1,0
|
2,5
|
8
|
Sayur dan Buah
|
216,9
|
88
|
4,1
|
4,4
|
5,0
|
20,5
|
22,0
|
30,0
|
-8,0
|
22,0
|
9
|
Lain-lain
|
57,1
|
41
|
1,9
|
2,0
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
0,0
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Total
|
|
2.151
|
100,0
|
107,5
|
|
85,9
|
92,4
|
100,0
|
|
82,3
|
2.
Pola Pangan
Harapan (PPH) pada masyarakat dengan
pengeluaran dengan skor rata-rata: 82,3. Menurut standar pelayanan
minimal, berdasarkan Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.140/12/2010 tentang Standar pelayanan Minimal
Bidang Ketahanan Pangan Propinsi / Kabupaten Kota, dinayatakan bahwa pola
pangan harapan (PPH) minimal pada skor
90. Ini artinya Pola
Pangan Harapan Kapuas Hulu, secara rata-rata di bawah standar yang ditetapkan.
Hasil
perhitungan skor pola pangan harapan dan
Angka kecukupan energi (AKE) selengkapnya terlihat pada tabel berikut:
SKOR POLA PANGAN HARAPAN BERDASARKAN GOLONGAN
PENGELURAN
|
||||
Golongan Pengeluaran
|
Skor PPH
|
Capain SPM
|
Ideal (100)
|
SPM (90)
|
I
|
0,0
|
belum
|
100
|
90
|
II
|
51,7
|
belum
|
100
|
90
|
III
|
58,9
|
belum
|
100
|
90
|
IV
|
66,2
|
belum
|
100
|
90
|
V
|
78,4
|
belum
|
100
|
90
|
VI
|
85,6
|
belum
|
100
|
90
|
VII
|
88,5
|
belum
|
100
|
90
|
VIII
|
93,9
|
sudah
|
100
|
90
|
RATA-RATA
|
82,3
|
belum
|
100
|
90
|
F. SARAN
Memperhatikan skor pada Angka
Kecukupan Energi (AKE) dengan skor Pola
Pangan Harapan (PPH) dengan skor: maka
secara umum kami merekomendasikan:
1.
bahwa seyogyanya masyarakat dengan
tidak memperhatikan tingkatan umur, dapat mengkonsumsi makanan dengan mengedepankan prinsip B2SA atau (beragam, bergizi, seimbang dan aman). Ini memberikan makna yang didasarkan akan
kebutuhan tubuh terhadap berbagai jenis
makanan, sehingga disarankan untuk mengkonsumsi jenis makanan secara variasi dengan tetap memperhatikan
sisi keseimbangan dan keamanan dari setiap jenis makanan;
2.
Bahwa setiap individu dengan memperhatikan tingkatan umur, maka setiap individu mempunyai kebutuhan yang
berbeda;
3.
Dengan melihat perspektif makanan dari
fungsi tri guna makanan, maka sesungguhnya,
4.
Dengan melihat perspektif kebutuhan
tubuh terhadap air dan serat makan sebaiknya, .....
5.
Melihat kebutuhan kalori masing
individu yang ditetapkan oleh WNPG, bahwa masing2 individu memerlukan 2000
kkal/kap/hari, kami merekomendasikan
untuk dapat memperhatikan nilai bobot kalori pada setiap gramnya dalam waktu satu hari
dari setiap jenis jenis makanan;